Sabtu, 20 Oktober 2012

my new life

alhamdulillah, hati ini sedang tergerak untuk menuliskan beberapa rangkaian kalimat setelah beberapa bulan tak ada asa tuk lagi berbagi cerita. kini, bulan oktober telah kembali menyapa. ternyata waktu satu tahun teramat singkat untuk dilalui. banyak peristiwa baik yang direncanakan ataupun tidak terjadi sesuai dengan kehendakNya. puji dan syukur tiada henti aku ucapkan atas segala nikmat yangg telah Allah berikan hingga tak henti aku ucapkan bahwa "Allah terlalu baik". entri terakhir yang aku post adalah tentang persiapan menjelang sidang. setelah itu, entah kemana hasratku untuk mengurai cerita seperti dulu. hingga akhirnya April menyambutku dengan beribu kabar bahagia. aku lulus setelah mengikuti proses sidang 1,5 jam dengan predikat cum laude. Alhamdulillah Allahku, aku sadari aku ini bukan orang yang pinter-pinter amat, skripsi aku pun begitu sederhana. prinsipku ketika itu, aku hanya iingin membuat skripsi yang sederhana tapi mampu aku pertanggungjawabkan secara optimal di hadapan para penguji. dan terrnyata hasilnya tak sia-sia. hingga orangtua, pembimbing dan aku sendiri bangga dengan hasil jerih payahku. 
berita bahagia April sebelum sidang, diawali dengan diterimanya aku sebagai staff pengajar matematika di 2 lembaga bimbingan belajar. entah harus berucap apa, ketika itu aku diterima kerja dihari yang sama. pikirku, selama masih ada waktu luang dan tidak menyalahi kontrak maka aku terima kedua tawaran pekerjaan itu. ditambah lagi dengan ttugasku untuk menjadi pengajar privat. alhamdulillah kembali, ternyata hasil kerjaku tidak sia-sia. perlahan aku mulai bisa membantu perekonomian keluarga, membantu mereka semampu aku bisa, dan yang paling utama membantu membiayai hidupku sendiri. tak pernah ku luangkan waktu sedikitpun untuk hal yang tak ada guna. selama ada waktu luang, maka kesempatan kerja itu tak pernah aku buang. hingga akhirnya aku tersadar jika diri ini memiliki batas kemampuan. Allah memberikan aku teguran melalui penyakit. memang sakitnya hanya demam, tapi itu sungguh memberikan aku pelajaran bahwa kesehatan jauh lebih dari segalanya. aku sadari ketika aku fokuskan dan aku kerahkan seluruh tenaga hanya untuk bekerja, seringkali jadwal makanku bbegitu terbengkalai, waktu untuk bertemu dan bersama-sama dengan keluarga jadi tersita, bahkan hari sabtu dan minggu pun aku gunakan hanya untuk bekerja-bekerjja dan bekerja. tapi akhirnya, dengan segala pertimbangan aku kurangi waktu kerjaku. aku mulai menjadi diriku yang dulu. mencoba menyeimbangkan semua. tak llagii menjadi orang yang gila kerja. pergi pagi pulang malam. karena aku sadari, tak hanya mereka mmuridku yang butuh aku tapi juga keluargaku.
bukan mega namanya kalau hanya stak dan puas dengan kerjaan yang telah didapat. baru dua bulan aku kerja, ternyata sebuah tawaran menggiurkan datang. memang, aku sangat tertarik dengan tawaran itu terlebih tak semua orang mendapatkannya. tapi akhirnya dengan beragam pertimbangan kembali aku putuskan untuk menolak tawaran itu. memang terdengan seperti sok sekkali aku ini, pegawai baru menolak tawaran yang menggiurkan. tapi jelas tak semua orang tau alasan mengapa akhirnya ku putuskan untuk menolak tawaran itu. yang pasti telah ku pikirkan matang-matang sebelum ku putuskan. pikirku, aku ini masih muda dan belum ingin memfokuskan diri meniti karir. aku ingin terlebih ddahulu mencoba beragam bidang pekerjaaan bahkan mungkin yang jauh dari disiplin ilmu yang aku pelajari. 
entah mau dibawa kemana hidupku ini setelah lulus, memang aku suudah mendapat pekerjaan tapi aku belum mencapai titik kepuasan. inginnya, ku lanjutkan studi ku di s2. tapi apalah daya jika dana belum ada. tapi terkadang di sisi lain aku ingin sukses dalam berkarir tanpa harus s2 terlebih dahulu. tapi berkarir dalam bidang apa? pendidikan atau justru perkantoran? bingung. 
hingga akhirnya takdir jua yang membimbingku untuk sampai di kota bekasi tuk meniti karir disana dan memulai semua mulai dari nol. parah kan?? keputusan yang terkadang aku anggap sebagai keputusan gila. untuk bisa dan akhirnya memilih berkarir di bekasi, aku harus pertaruhkan segala macam pekerjaan yang telah aku dapatkan. staff pengajar di 2 lembaga bimbinga belajar dan 4 murid privat. sedangkan di bekasi, aku tak punya apa-apa dan tak ada siapa-siapa. tapi yang aku sadari ketika itu adalah bahwa ini semua semata-mata takdir yang harus aku lalui dan pasti banyak sekali hikmah yang akan aku dapatkan. maka mulai ku gantungkan asa di kota bekasi meski sampai saat ini tetaplah kota bandung yang selalu dirindukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar